Liku hidup kami lalui, sahabat sejati ukir jalan.
Mengejar kebahagiaan bersama.
Resiko kami hadapi,
dihadang, pemukulan, darah, penangkapan,
penembakan, penculikan, difitnah, diadu-dombakan,
disingkirkan, disudutkan, DPO,
apalah menurut kesenangan para Lusiver.

Memahami kehadiran mereka,
saya gandeng kawan bersatu, ku bertanya kawan,
kapan lepas bebas.

Jawab diri sendiri, kata kawan ku
"ku masih menahan mereka."
saya masih aktif di produk mereka,
saya masih memilih mereka di 09 juli 2014.

Saya korbankan "Papua,"
saya adalah yudas, saya adalah simon petrus
saya menjual tanah Papua,
saya menyangkal kawan-kawan sejati di jalan,
saya membunuh orang tua saya di hutan.

Apakah saya Papua, Apakah saya adalah saya,
sejenak saya renung,
sejenak saya berdiam dan tinggallah suara bisikan lusiver.
Cobloslah..., Terimalah tawaran kami..., Kayalah dirimu...,
haii manusia genggamanku,
setelah kau ikuti aku, aku akan mudah mengarahkan mu.
hahahaaaaaa.....

Sesaat setelah bisikan lusiver,
saya tersambar petir dari alam Papua,
hidupku tidak ada artinya, keturunan ku jadi terkutuk di Asal ku...
Lusiver tak ku temui diaa..., jiwa busuknya, masih berkoar.

Ohhhh.... ternyata mimpi,
kini ku pahami,
arti dari bersatu,
pertanyaan ku, waktu itu... "Kapan lepas bebas,"

Jawabannya adalah, ketika ku memahami diri ku,
hidup kekal agar kebahagiaan abadi tercapai,
dan ku memutuskan untuk TIDAK pada lusiver,

Ku memutuskan,
TIDAK COBLOS, TIDAK JUAL PAPUA,
TIDAK MENYANGKAL: Akar rumput, tulang-belulang, arwah pejuang papua, Alam Papua, Tuhan Papua, sahabat sejati papua di jalan, orang tua di hutan, dan hiduplah Generasi ku.

Bangkitlah Papua ku,
LAWAN, LAWAN, LAWAN, LAWAN, LAWAN,
Rebutlah penentuan nasib sendiri bagi kami asli Papua di Tanah Papua,
kejarlah kawan, kejarlah sahabat Papua,
Seberkas cahaya menanti di Gerbang kebahagiaan abadi.

#_Kota Kolonial, Yogyakarta, Jumat (12/06/2014).
Karya Sonny Dogopia, Sahabat Jalanan *)

Didedikasikan buat Orang Asli Papua dimana saja berada. Dan umum yang memunyai jiwa kemanusiaan.