Sebangsa terpaksa setengah abad
Tindak tanduk bukan lagi cinta
Musnah kau berharap dalam mimpi
Berulang dalam era yang berbeda
Pembangunan dalam pemusnahan
Kepentingan rakyat tapi korbankan rakyat

Anak bangsa dalam linangan air mata
Jika rakyat hanya pasrah hitung saja petaka
Dari setiap tekuk lutut, naikan syafaat
Berharap sadar bangsa ini, pada bangsa yang ditindas
Belum cukup! mungkin akan ada agi
Terus menutup mata, abaikan setiap ratapan...

Dari anak bangsa yang negerinya terkoyak
Dari senjata pemusnah yang menyalak
Limaratus ribu lebih lebih telah menjadi korban
Semenjak pendudukan berdasar klaim palsu majapahit
Dari penguasa angkuh berlanjut dalam persatuan
Diteruskan untuk memaksa tetap sebangsa
Tapi lupa bahwa bangsa tetaplah bangsa
Ia akan bertumbuh, bertahan dan hidup setara bangsa merdeka
Ia akan wujudkan bahwa pendahulu peletak dasar
Tak salah dalam mempersiapkan bangsa dan negara

Sudah, sudah cukup, bila memang harus sendiri
Kenapa terus kau paksa bersama?
Bila sejarah dan bangsa sudah berbeda!
Kenapa masih saja kau paksakan satu?
Sudah cukup cerita sejarah berdarah
Bila yang terbaik bagi Papua
Adalah kedaulatannya,
maka biarkanlah Papua itu Berdaulat.


By. Phaul Heger
@Luar Kota | 25 Desember 2018

Ilustrasi Gambar sumber: tirto.id